Selebtek.suara.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendorong para artis dan orang yang ahli membuat film (sineas) untuk memproduksi film anak yang bernilai Islami.
Hal ini disampaikan oleh Ketua MUI Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenudin, saat menerima audiensi dari DNA Prodaction di Aula Buya Hamka, Gedung MUI, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Kiai Jeje juga menyampaikan apresiasi terhadap film anak religius. Salah satunya hasil produksi DNA Production yaitu Kun Anta.
“Apresiasi terhadap muncul film ini. Catatan sebagai rasa kegembiraan semoga mendapat apresiasi dari MUI, berdasarkan pesan yang disampaikan dalam film ini,” kata Kiai Jeje kepada MUIDigital, Sabtu (11/6/2022).
Kiai Jeje menuturkan, Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI juga memiliki program LSBPI award untuk memberikan penghargaan terhadap seni budaya dan peradaban Islam. “Kategori sastra, musik, film, dan ornament Islam,” tambahnya.
Kiai Jeje menilai, dakwah dalam dunia film Kun Anta memiliki makna yang sangat besar dalam mengkampanyekan dakwah lapangan.
Yang dimaksud mangkampanyekan dakwah lapangan ini adalah mengkampanyekan dakwah yang mencintai lingkungan dan menyayangi satwa.
Sementara itu, Ketua LSBPI MUI, Habiburrahman El Shirazy berharap film ini bisa menembus 10 juta penonton sehingga, kata pria yang akrab disapa Kang Abik ini, bisa tampil di box office.
Kang Abik juga berharap, akan muncul film-film anak yang lain. Cerita yang mengangkat tentang anak sangat jarang.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh LSBPI untuk mendongkrak cerita anak adalah dengan melakukan lomba cerita pendek atau cerpen.
Selain itu, penulis novel “Ayat-ayat Cinta” dan “Ketika Cinta Bertasbih” ini mendorong agar membuat film tentang back groud pesantren yang harus dibuat dengan bagus.
“Karena pesantren juga perlu menembus kalangan orang kaya. Kita harapkan DNA menjadi dengan nama Allah,” kata kang Abik.
Pada kesempatan yang sama, Direktur DNA Rina Novita menjelaskan, Kun Anta artinya jadilah dirimu sendiri. “Film ini sebagai film dunia anak. Film anak sangat jarang,” kata dia.
“Ada dramatisasi dengan adegan yang menggambarkan keharuan tersendiri. Dibuka dengan adzan, juga doa oleh keluarga Kong Hu Chu. Ditutup dengan Quran untuk menyayangi lingkungan,” ungkapnya.*